by Merin
1 Likes
full version available
Sinopsis Zoila berharap menjadi gadis normal yang biasa pergi ke makam ibunya dengan setangkai mawar saja ... bukan berakhir melihat wujud ibunya yang berbeda di kamar setiap hari. Ia tidak pernah tahu ada orang yang juga tidak normal yang memimpikannya setiap malam sambil menangis. Seolah semua beban hidupnya, orang itu yang menanggung. “Gue tahu semuanya tentang lo, Agapi.” Kalimat Ruli terdengar begitu hangat sampai ke hati. Hingga nama itu kembali disebut, ia tidak pernah tahu apa rencana yang sedang dipersiapkan Tuhan. Di pertengahan jalan, Zoila menemukan dan juga kehilangan. Bersama empat sahabat yang akhirnya memeluknya. Tentang cinta, harapan, dan pengorbanan.
Merin
Tidak peduli akan seperti apa hasilnya nanti. Ruli terus mengetik, menumpahkan semua idenya. Yang bukan menjadi seleranya selama ini, ternyata memberi harapan. Menjadi penulis bukan hal mudah, karena itu ia tidak akan berhenti melakukannya saat jalan sudah menjadi agak mudah.
Kelas mendadak ricuh saat Sophi masuk perama kali ke dalamnya. Yang ricuh dan berisik itu tidak lain adalah teman-temannya yang ingin menyalin PR. Mengabaikan Ruli yang berjalan di belakang Sophi. Kegaduhan adalah simbol kenormalan suatu kelas.
Semua peristiwa dalam mimpinya berkelibat satu persatu kedalam ingatannya. Terekam sangat jelas hingga membuatnya cukup muak dan mual. Seperti sebuah mimpi padahal nyata dan kenyataan tapi seperti mimpi, Ruli tidak tahu bagaiamna cara mendefnisikan apa yang dirasakannya. Sekarang atau tidak selamanya.
“Jangan ganggu gue, Peter Mannuelo!” teriak Vanya keras. Tidak sampai hitungan menit, orang-orang disekitarnya menoleh, mencari-cari pemilik nama yang diteriakkan. Peter terhenti, matanya melirik ke kanan kiri dengan hati-hati, lalu menunduk. Ia terlihat akan memakai kembali maskernya, namun sudah terlambat. Para pengguna pinggiran jalan yang tadinya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, yang tadinya berjalan tergesa-gesa sampai tidak mempedulikan orang lain yang disenggolnya, mendadak berhenti.
Ruli mengirim foto yang tadi diambil menggunakan ponselnya ke Sophi dan Zoila. Katanya, tidak baik menundanunda jika masih sempat dikerjakan. Zoila tersenyum, airmatanya terbayarkan oleh sesuatu yang berharga yang kini ia genggam. “Ibu, ayo sekarang kita bersenang-senang. Aku akan punya teman lebih banyak lagi agar Ibu bahagia.” Kata Zoila
♦ Recommendation ♦